Kemampuan setiap orang dalam mengungkapkan perasaan memiliki karakteristik dan cara pengungkapan masing-masing. Salah satunya dengan berpuisi. Akan tetapi sulit bagi pribadi orang tertentu yang tidak terbiasa untuk menyiratkan apa yang ada dalam pikiran dan perasan dari hal-hal yang ada dalam diri dan kehidupannya. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan sebenarnya setiap orang mampu menelurkan kiasan indah dari dirinya yang satu sama lain memiliki kekhasan.
Mengawali ide dan perasaan serta pikiran dalam me-
nuangkan dalam sebuah puisi dengan kiasan tertentu juga membutuhkan
proses
bagaimana menuliskan puisi
yang
bisa diaktakan belajar melalui memahami terlebih dahulu apa yang akan disampaikan atau
apa
yang akan dituuangkan dalam puisnya tersebut.
Berikut ini pokok bahasan yang akan mengulas kete-
rampilan dalam berpuisi, baik dalam teknik
menulis mau-
pun
teknik membaca
puisi.
A. TEKNIK
MENULIS PUISI
Menulis
merupakan suatu
kegiatan produktif dan
ekspresif. Dikatakan produktif sebab dengan
menulis se-
seorang dapat menghasilkan suatu karya tulis, dan dika-
takan ekspresif karena seseorang menulis untuk menu-
angkan gagasan, ide, dan
perasaannya
dengan bahasa tulis. Tulisan dapat membantu seseorang dalam menje- laskan pikiran dan perasaannya.
Menurut Nora
Purnama
Sari Menulis
adalah sebuah proses kreativitas dalam menuangkan ide
dan
gagasan. Menulis merupakan suatu hal yang penting disekolah, kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang
penting
dalam kesuksesan.
Peran menulis di atas pada dasarnya sebagai langkah
awal
upaya untuk
menuangkan sebuah
ide
maupun perasaan yang tersimpan dalam otak kita. Salah satunya menulis puisi disini, yang merupakan bagian dari
asal mula diri
kita untuk
melangkah pada
pena
ide yang
tertuang
dalam kiasan sebah puisi. Berikut ini proses yang dapat kita lalui sebagai penulis puisi dengan beberapa tahapan yang dapat kita lakukan untuk berniat menuangkan sebuah ide
dan perasaan (www.academia.edu).
1. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI
Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik. Misalnya pada saat berkaca.
- Pertama,
Tahap
Mengungkapkan
Rasa Diri.
Tahap awal dan pertama ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri
atas obyek yang bersinggungan atau
berinteraksi.
Perasaan yang terungkap
bisa berupa sedih, senang,
benci, cinta, patah hati,
dan lain-
lain, misalnya tatkala melihat
meja, akan bisa
lahir sebuah puisi.
- Kedua, Tahap Mengungkapkan Fakta Obyek
Lain.
Pada tahap
ini
puisi dilahirkan berdasarkan fakta- fakta di luar diri dan dituliskan begitu
saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau
metafora, misalnya
tatkala melihat meja, kemudian
muncul
gagasan untuk menulis puisi.
- Ketiga, Tahap
Mengungkapkan
Rasa
Obyek
Lain.
Tahap ini penulis puisi mencoba berusaha me-
ngungkapkan perasaan suatu obyek, baik perasaan
orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang
seolah-olah menjelma menjadi manusia. Misalnya tatkala melihat
orang muda bersandar di bawah
pohon rindang, dapat sebuah terlahir puisi.
- Keempat,
Tahap
Mengungkapkan Kehadiran
Yang Belum Hadir.
Pada tahap ini puisi sudah
merupakan hasil
kristalisasi yang sangat mendalam atas segala fakta, rasa
dan
analisa menuju
jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian di
masa
depan.
Mengungkapkan Kehadiran yang belum ha-
dir artinya
melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk
menyampaikan
gagasan dalam
menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu
hal yang pengungkapannya
hanya bisa melalui puisi,
tidak dengan yang
lain. Misalnya cita-cita anak
manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di
masa depan, dan lain-lain. Salah satu
contoh yang menarik
adalah lahirnya puisi paling tegas
dari para pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928
di Jakarta, atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia (PPPI), dalam Sumpah Pemuda.
B. TEKNIK
MEMBACA PUISI
Perihal keempat tahapan
di atas, merupakan salah satu
upaya
dalam menulis
puisi. Akan
tetapi, sang penyair puisi bila dimungkinkan juga dapat memiliki keterampilan dalam membaca
sebuah
puisi yang telah
dibuatnya. Meskipun demikian, kembali lagi kepada sifat keberanian menuangkan puisi dalam bentuk lisan di hadapan orang banyak juga sebenarnya terdapat teknik
ataupun cara tersendiri bagi seorang penyair
dalam membacakan puisinya
tersebut. Atau dengan ketentuan
bahwa yang akan
membacakan puisi bukan
langsung dari si penyair tersebut.
Oleh sebab itu,
berikut ini teknik-tekni yang
dapat
kita pelajari dalam membaca
puisi
(www.academia.edu) antara lain:
1. Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi) Proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi da- lam menafsirkan
dan membedah isi
puisi.
Mema- hami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilaku-
kan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna
yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.
2. Vocal
Istilah lain vocal yaitu
artikulasi pengucapan kata
yang
utuh
dan
jelas, bahkan di
setiap hurufnya.
3. Diksi
Diksi memiliki makna sebagai pengucapan
kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi
dan
rasa.
4. Tempo
Makna tempo adalah cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menye-
suaikan dengan kekuatan nafas. Di mana
harus
ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
5. Dinamika
Arti dinamika yaitu lemah kerasnya suara (setidak- nya harus
sampai pada penonton, terutama
pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu di-
namika yang
prima dengan mengatur
rima dan
irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan
yang
penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada
suara.
6.
Modulasi
Artinya, mengubah
(perubahan) suara dalam mem-
baca puisi.
7.
Intonasi
Artinya, tekanan dan laju kalimat.
8. Jeda
Artinya, pemenggalan sebuah kalimat
dalam puisi.
9. Pernafasan.
Biasanya, dalam
membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
10. Penampilan
Salah satu faktor keberhasilan seseorang membaca
puisi adalah
kepribadian atau
performance diatas
pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak
gugup, berwibawa dan meyakinkan (tidak
demam panggung).
11. Gerak
Gerakan seseorang
membaca puisi harus dapat
men-
dukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau
tangan jangan sampai
klise.
12. Komunikasi
Maknanya, pada saat kita membaca puisi harus bias
memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan peras-
aan
dan jiwa penonton.
13. Ekspresi
Artinya, tampakkan hasil
pemahaman, penghayatan
dan
segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas
dan
wajar.
14. Konsentrasi
Comments
Post a Comment